Jumat, 30 Juni 2017

Cerpen » Menyesal | Nadya Talitah Rokhma

Cerita Pendek
             Menyesal....

Oleh : Nadya Talitah Rokhma

--
Di dedikasikan untuk semua ibu....

---

Hari raya pada waktu ini, Rea ingin mengajak ibunya ke rumah ustadzahnya. Rea berharap ibunya mau pergi bersamanya.

"Bu, Nanti kita ke rumahnya ustadzah ya," pinta Rea pada ibunya yang sedang menonton televisi.

"Kamu sama adikmu aja. Masa' harus sama ibu sih?" jawab ibunya.

"Kok malah sama adik sih bu. Kan Rea maunya sama ibu," jelas Rea.

"Sama adik aja. Kamu kan udah besar. Masa' selalu sama ibu terus!" jawab ibunya bersikeras tidak mau.

"Kan ibu itu ibunya aku. Wajar dong kalo aku ke rumah ustadzah ngajak ibu. Pokoknya ibu harus temenin aku silaturrahmi ke rumah ustadzah," ucap Rea dan langsung meninggalkan ibunya.

Rea pikir ibunya akan langsung menyetujuinya untuk silaturrahmi bersama ke rumah ustadzah. Ternyata, ibunya bersikeras tidak mau.

Keesokan harinya, Rea mencoba kembali bicara kepada ibunya untuk silaturahmi bersama ke rumah ustadzah dengan cara baik-baik. Tapi, ibunya tetap pada jawabannya kemarin.

Dan keesokan harinya lagi, tetangga sebelah rumah Rea sakit dan di bawa ke rumah sakit. Rea masih ada hubungan keluarga dengan orang yang sakit.

Rea waktu itu sedang tidur siang. Dan saat ia bangun ibunya tidak ada di rumah.

"Ibu kemana dek?" tanya Rea pada kedua adiknya.

"Ke rumah sakit. Jenguk tetangga yang sakit," jawab Bayu.

"Kok kakak nggak tau ya? Kapan berangkatnya?" tanya Rea lagi.

"Waktu kakak tidur siang tadi," jawab Vera.

"Oh.. Udah maghrib tapi kok belum pulang ya?" gumam Rea.

Tak lama, ada tetangga Rea datang.

"Rea, tadi ibu kamu nelpon dan pesen buat ambilin baju ganti. Nanti, teteh kan mau jenguk sekalian bajunya di titipin teteh," ucap Teh Indah saat masuk ke rumah Rea.

"Loh? Jadi, ibu nginep di rumah sakit ya teteh?" tanya Rea terkejut.

"Iya atuh neng Rea. Ibunya tadi bilang kayak begitu," jawab teteh Indah,"Ya udah ya. Teteh mau siap-siap dulu. Ntar kalo bajunya udah di bungkusin rapi anter aja ke rumah teteh!" lanjut teteh Indah dan bergegas pulang ke rumahnya.

"Yah.. Nggak jadi silaturahmi lagi ke rumah ustadzah dong kalo ibu nginep di rumah sakit," gumam Rea dan segera membungkus baju ganti milik ibunya.

Rea mengantarkan baju itu ke rumah teteh Indah.

"Teh, ini baju gantinya ibu," ucap Rea saat berada di rumah Teteh Indah.

"Oh iya. Siniin," jawab teteh Indah dan menerima bungkusan yang di berikan Rea.

"Ya udah teh. Rea pulang dulu. Makasih ya Teh!" ucap Rea dan bergegas pulang.

Sebenarnya hati Rea sangat berkecamuk saat mengetahui ibunya akan menginap di rumah sakit. Padahal, Rea sudah beberapa kali meminta ibunya untuk ikut silaturahmi ke rumah ustadzahnya.

"Giliran urusan orang lain aja mau!" gerutu Rea dan memasuki kamarnya.

Tak berapa lama, suara deru sepeda motor mendekat ke arah rumahnya dan suara motor itu berhenti. Rea melonjak dari kasurnya dan melihat siapa yang datang. Ternyata ibunya.

"Katanya nginep di rumah sakit?" tanya Rea pada ibunya yang baru turun dari sepeda motor.

"Nggak jadi. Tadi, anaknya si Nino datang," jawab Ibu Rea dan meletakkan tasnya.

Rea melihat ke arah jam yang masih menunjukkan pukul 6.40 malam. Rea berpikir bahwa ibunya pasti mau jika ia meminta untuk silaturahmi ke rumah ustadzah.

"Ya udah kalo gitu kita ke rumah ustdzah aja sekarang," usul Rea di sertai senyuman.

"Kan udah ibu bilang sama adek kamu aja. Ibu sekarang capek. Besok harus balik lagi ke rumah sakit jam setengah tujuh buat gantiin Nino jagain ibunya," jelas ibunya membuat hati Rea semakin sakit.

"Kok ibu gitu sih? Giliran Rea aja minta ibu temenin silaturahmi ke ustadzah ibu nggak mau. Lah sekarang di suruh buat jagain ibunya orang lain sakit aja mau," ucap Rea dengan nada kesalnya.

"Ya kan kamu bisa sama adek kamu. Ibu kan jagain orang sakit Rea!" tutur ibunya lagi.

"Rea nggak mau tau!" ucap Rea kesal.

Rea bergegas menuju kamarnya. Rea sangat kesal dengan ibunya. Rea seperti merasa tak di anggap oleh ibunya.

Rea menangis terisak di kamarnya. Ia hanya mau dengan ibunya tapi, ibunya tidak mau dan lebih mengedepankan orang lain. Rea kecewa dengan sikap ibunya.

Rea terus terisak dan akhirnya ia terlelap.

Pagi hari...
Ibu Rea membangunkan Rea. Kemudian, Rea bangun dan mengambil air wudlu untuk melaksanakan sholat shubuh. Rea sudah melupakan kekesalannya pada ibunya meski hatinya masih terluka.

Rea juga menyadari bahwa ibanya sedang capek karena baru saja jagain orang sakit.

Setelah menunaikan kewajiban sholat shubuh, Rea berjalan menuju dapur dan berniat akan membantu ibunya.

"Ibu jadi ke rumah sakit?" tanya Rea.

"Nggak jadi. Nanti ibu masak buat wetonnya tetangga kita yang sakit," jawab ibu Rea.

"Lah, nggak jadi ke rumahnya ustadzah dong?" tanya Rea mulai jutek.

"Udah, sama adek kamu aja Rea. Ibu sibuk!" jawab ibunya.

"Rea bingung deh sama ibu. Seharusnya ibu itu mau nemenin Rea silaturahmi ke rumah ustadzah. Sekarang ibu harus sibuk karena tetangga yang sakit," jelas Rea kesal.

"Ya silaturahmi kan bisa sama adek kamu Rea!" jawab ibunya bersikeras.

"Kan lebih pantesnya sama ibu. Ibu nggak pernah ngepentingin anak. Ibu selalu aja ngepentingin orang lain!" kesal Rea pada ibunya.

"Penting mana silaturahmi sama orang sakit?" ibu Rea malah bertanya.

"Padahal Rea udah minta ibu dari jauh-jauh hari. Tapi ibu nggak mau. Anaknya yang minta malah di keterbelakangin. Giliran orang lain yang minta aja di keterdepanin. Pentingan mana sih anak sama orang lain?" jelas Rea lagi.

"Buat apa anak bendel di pentingin?" jawab ibu Rea sedikit nada bercanda.

"Rea kecewa tau nggak sama ibu. Ibu nggak pernah ngepentingin urusan anak ibu. Ibu lebih milih orang lain ketimbang anak. Rea bener-bener kecewa sama ibu!" jelas Rea kesal dan kini Rea tak kuat lagi membendung air matanya.

"Ya kan orang sakit harus di pentingin Rea. Besok aja silaturahmi ke rumah ustadzah kalo urusan ibu udah kelar!" jelas ibunya.

"Besok-besok mulu. Padahal udah berapa hari Rea minta? Hati Rea sakit bu kalo ibu nggak ngepeduliin Rea!" jelas Rea berkaca-kaca.

Rea berlari menuju kamarnya dan mengurungkan niat untuk membantu ibunya. Entah, apa yang dirasakan Rea. Yang pastinya hati Rea sakit. Hanya satu kata di benak Rea. Kecewa. Ya, Rea kecewa dengan ibunya.

Rea bersiap-siap akan pergi ke rumah ustadzahnya. Ia sudah berniat ke rumah ustadzahnya sendirian. Ya, meskipun berharap ibu bersamanya. Rea berfikir itu tidak mungkin terjadi.

Saat Rea melajukan motornya, Sebuah mobil hitam menabraknya dan Rea terluka parah. Rea segera di larikan ke rumah sakit untuk perawatan.

Disisi lain, ibu Rea baru mengetahui kabar kecelakaan Rea saat seseorang tetangganya memberitahu. Ibu Rea barhambur meninggalkan pekerjaannya dan bergegas menuju rumah sakit dengan suaminya.

Namun, saat ibu Rea sudah berada di rumah sakit, ia harus melihat putrinya dalam keadaan tak bernyawa.

Ibu Rea sangat menyesal. Iamenyalahkan dirinya sendiri.
Andai, ia mau menemani putrinya saat putrinya meminta agar ia menemani silaturahmi ke rumah ustadzah.
Andai, ia lebih mementingkan urusan putrinya daripada orang lain
Andai, ia tahu bahwa putrinya akan seperti ini
Ia menyesal. Ia menangis tersedu-sedu di dekat jenazah putrinya.

--oOo-- Tamat --oOo--

Kamis, 22 Juni 2017

Puisi » Hari Bahagiamu | Nadya Talitah Rokhma

Hari Bahagiamu
Oleh : Nadya T.R

Hari yang bahagia untukmu
Hari dimana kau dilahirkan ke dunia ini
Hanya doa yang kupanjatkan
Pada Yang Maha Kuasa
Agar kau bahagia

Meskipun aku bukan yang berharga bagimu
Tapi doaku selalu untukmu
Menemani disetiap langkahmu
Menemani disetiap tujuanmu

Aku bukan seorang yang puitis tukmerangkai kata
Tapi satu ucapan bermakna untukmu
Selamat Ulang Tahun
Hanya itu yang dapat kuucapkan

Semoga kau lebih bahagia sekarang
Dengan kedewasaanmu yang semakin bertambah
Di umurmu yang sekarang
Kau kan tahu betapa beratnya dunia
Dan, melangkahlah dengan tujuanmu
Buat hari ini dan esok kan bermakna

Puisi » Kepada Venus | Nadya Talitah Rokhma

Kepada Venus
    Oleh : Nadya Talitah Rokhma

Kepada Venus
Yang selalu kupandang kala malam dan pagi hari
Menemani setiap sepiku
Menemani setiap langkah rapuhku

Kepada Venus
Yang selalu bersinar terang dari ribuan bintang yang lainnya
Penenang jiwa
Pengobat rindu
Samarkan hati yang terlunta-lunta

Kepada Venus
Yang berbeda dari yang lainnya
Yang mampu menyelipkan tawa
Yang mampu mengubah rasa
Yang mampu mengalihkan perhatian

Kepada Venus
Yang terlihat indah
Namun, aku tak bisa tinggal
Ingin kusentuh namun tak tercapai
Hanya dapat kupandang dengan hati berdebar

Kepada Venus
Kuterbangkan pesawat kertasku
Berharap dapat menyentuhmu
Berharap Venus membaca apa yang kutuliskan
Keluh kesahku
Langkah keraguanku
Dan, semua tentang hidupku

Puisi » Surat Kecil untuk Tuhan | Nadya Talitah Rokhma

Surat Kecil untuk Tuhan
Oleh:  N Titia Alie(Nadya T.R)

Aku takkan berhenti berjuang
Jalan hidupku masih panjang
Aku takkan lelah
Walau akan banyak cobaan yang akan datang
Yakinkan aku untuk bertahan, Tuhan

Aku hidup dalam sepiku
Aku hidup dengan ketidakmampuanku
Namun, aku merasa tak ada beban
Aku masih dapat tersenyum
Walau tubuh ini kadang terasa sakit
Beri aku jalan yang indah, Tuhan

Bagiku air mata adalah halangan
Bagiku suara tangis adalah keputus asaan
Aku tak begitu kan?
Walau terkadang aku merasa tak sanggup
Hingga aku jatuh tersungkur
Bantulah aku berdiri lagi, Tuhan

Tinta hitamku telah menggores begitu banyak kata hatiku
Disebuah surat kecil untuk Tuhan
Kan kusimpan dia
Dan akan aku berikan pada Tuhan saat aku menghadap Nya

Apakah hanya aku yang seperti ini?
Ataukah, masih ada banyak lagi diluar sana?
Entah, aku tak tau
Jaga mereka Tuhan, seperti kau menjagaku
Beri mereka kesabaran
Tuhan, Aku yakin telah hidup dengan baik

Puisi » Desaku | Nadya Talitah Rokhma

Desaku
       Oleh :Nadya Talitah Rokhma

Kutelusuri jalan setapak ini
Kunikmati keindahan alam sekitar
Sejuk semerbak harum bunga melati
Tumbuh berjejer rapi di pekarangan
Banyak kumbang dan kupu
Membuat desaku semakin indah

Kulihat air sungai mengalir jernih
Tanpa ada kotoran yang ikut terbawa arus air
Ikan itu berenang dengan senang
Diikuti dengan suara burung berkicau diatas pepohonan

Desaku
Desa kecil nan asri
Desa kecil penuh arti
Disinilah aku lahir
Disinilah aku tumbuh

Desaku
Kaulah permata indah duniaku
Kan kuwariskan pada anak dan cucuku
Desaku
Kan kujaga engkau selalu
Kan kurawat agar indah selalu
Sampai nanti
Sisa akhir hayatku

Puisi » Guruku | Nadya Talitah Rokhma

GURUKU
      oleh Nadya Talitah Rokhma

Panas dan hujan kau selalu ada dalam setiap pertemuanmu
Kau ajarkan aku apa yang tak aku ketahui
Kau berikan aku pengetahuan untuk masa depan

Guruku
Engkau mengabdi tanpa pamrih
Engkau bagaikan cahaya didalam kegelapan
Engkau adalah tetes air di dalam kekeringan

Terima kasihku untukmu
Takkan bisa membalas semua jasamu
Karena begitu besar pengorbananmu
Mendidikku hingga aku bisa mencapai cita-citaku

Puisi » Asmara | Nadya Talitah Rokhma

Asmara
   Oleh: N Titia Alie(Nadya T.R)

Disaat hati ini tak mampu lagi
Menahan rasa bimbang
Aku jatuh cinta
Berdegup kencang seakan aku telah berlari
Beberapa puluh kilometer jauhnya

Lihat senyumku yang selalu terukir jelas
Lihat mataku yang selalu berbinar membulat
Lihat pipiku yang selalu merona semburat merah muda
Lihat tanganku yang selalu gemetar tak sengaja
Lihat tingkahku yang selalu konyol disetiap harinya

Setiap hari makin menjadi
Asmara datang padaku
Membakar hati dan jiwaku
Hingga terasa seperti air mendidih
Panas menguap lewat sela-sela pori

Puisi » Kau Berbeda | Nadya Talitah Rokhma

Kau Berbeda         Oleh : Nadya Talitah Rokhma Kurangkai bait indah ini Karena ku terinspirasi dirimu Seulas senyum kian merekah di bib...