Rabu, 06 September 2017

Puisi » Kau Berbeda | Nadya Talitah Rokhma

Kau Berbeda
        Oleh : Nadya Talitah Rokhma

Kurangkai bait indah ini
Karena ku terinspirasi dirimu
Seulas senyum kian merekah di bibirku
Seakan tak ingin memudar
Itu juga karena dirimu

Ucapku takkan pernah jauh dari namamu
Disemua penjuru arah hanya terbayang wajahmu
Tak pernah kumenyadari akan cerita seperti ini
Tertawa bersamamu
Merindukan sosok insan seperti dirimu
Membuat hatiku kian berdebar karenamu

Tundukku saat kau menatapku
Mungkin, hanya itulah yang dapat kulakukan
Jika kamu lihat rona merah di pipiku
Kamu pasti akan tersenyum dan aku malu
Tapi, aku ingin kamu tahu
Bahwa aku benar-benar inginkanmu

Takkan pernah ada kata indah yang dapat kuucap
Jika kau tak hadir dan memotivasiku
Kau berbeda dari yang lainnya
Dan, semoga kau memang berbeda

Selasa, 04 Juli 2017

Puisi » Ibuku tercinta | Nadya Talitah Rokhma

Ibuku Tercinta
    oleh : Nadya Talitah Rokhma

Dari ujung dunia sampai dasarnya
Kasihmu takkan pernah menghilang
Dari lembab menjadi tandus
Cintamu takkan pernah lekang oleh waktu
Milikmu abadi hingga akhir zaman

Ribuan gejolak rasa cinta
Hanya cintamu yang terasa luar biasa
Kehangatanmu tak diragukan
Lebih hangat dari beberapa tumpuk mantel
Kesejukanmu tak diragukan
Lebih sejuk dibanding udara di pegunungan

Do'a dan restumu selalu menyertai di setiap langkahku
Ku tahu do'amu yang terbaik
Ku tahu restumu yang paling utama
Kau ridhoi ku Allah juga meridhoi

Tak dapat ku ungkapkan rasa terima kasihku
Bait-baitku juga tak seindah lantunan tuturmu
Perilaku diriku juga takkan pernah dapat membalas semua pengorbananmu
Terima kasih ibuku tercinta

°°°°°°°°°°°°°°°°°oOo°°°°°°°°°°°°°°°°°

Ku dedikasikan puisi kepada Ibuku yang selalu merawatku.
Yang selalu ada di dalam suka maupun dukaku.
Yang selalu bersabar untuk menjagaku.
Yang selalu bersyukur dengan kekuranganku.
Yang selalu mengasihi dan mencintaiku sepanjang waktuku.

"Ibu adalah pelita bagi semua ankanya. Cintai ibumu melebihi engkau mencintai pribadimu. Karena kasih ibu akan selalu ada di sepanjang zaman"

°° N Titia Alie °°

Sabtu, 01 Juli 2017

Puisi » Teruntuk Agus Musyafa | Nadya Talitah Rokhma

Puisi teruntuk Agus Musyafa
   oleh : Nadya Talitah Rokhma

Belum pernah kutemui sebelumnya
Seseorang seperti engkau
Seseorang sebaik engkau
Seseorang sesabar engkau
Seseorang yang tak pernah lelah menjelajah waktu

Ku lihat hanya dari sisi pandangku
Seorang hacker hebat dambaan seorang pemula
Seorang opreker cerdas pujaan seorang pemula
Seorang santri yang tak banyak diketahui mereka

Ingin kudengar dari engkau
Sebuah nada lantunan sholawat
Ingin kulihat langsung engkau
Menabuh sebuah rebana yang suci

Tutur kata seorang Agus Musyafa
Tak pernah lepas dari sebuah motivasi
Tak pernah lepas dari sebuah kebaikan
Tak pernah lepas dari sebuah gurauan

Dialah temanku
Teman yang selama ini memberiku sebuah motivasi
Teman yang selama ini memberiku sebuah kebaikan
Teman yang selama ini memberiku sebuah gurauan

---------oOo---------

Di dedikasikan untuk temanku Agus Musyafa.
Semoga Allah selalu menjaga erat jalinan pertemanan kita meskipun jarak dan waktu akan selalu menghadang.

Jumat, 30 Juni 2017

Cerpen » Menyesal | Nadya Talitah Rokhma

Cerita Pendek
             Menyesal....

Oleh : Nadya Talitah Rokhma

--
Di dedikasikan untuk semua ibu....

---

Hari raya pada waktu ini, Rea ingin mengajak ibunya ke rumah ustadzahnya. Rea berharap ibunya mau pergi bersamanya.

"Bu, Nanti kita ke rumahnya ustadzah ya," pinta Rea pada ibunya yang sedang menonton televisi.

"Kamu sama adikmu aja. Masa' harus sama ibu sih?" jawab ibunya.

"Kok malah sama adik sih bu. Kan Rea maunya sama ibu," jelas Rea.

"Sama adik aja. Kamu kan udah besar. Masa' selalu sama ibu terus!" jawab ibunya bersikeras tidak mau.

"Kan ibu itu ibunya aku. Wajar dong kalo aku ke rumah ustadzah ngajak ibu. Pokoknya ibu harus temenin aku silaturrahmi ke rumah ustadzah," ucap Rea dan langsung meninggalkan ibunya.

Rea pikir ibunya akan langsung menyetujuinya untuk silaturrahmi bersama ke rumah ustadzah. Ternyata, ibunya bersikeras tidak mau.

Keesokan harinya, Rea mencoba kembali bicara kepada ibunya untuk silaturahmi bersama ke rumah ustadzah dengan cara baik-baik. Tapi, ibunya tetap pada jawabannya kemarin.

Dan keesokan harinya lagi, tetangga sebelah rumah Rea sakit dan di bawa ke rumah sakit. Rea masih ada hubungan keluarga dengan orang yang sakit.

Rea waktu itu sedang tidur siang. Dan saat ia bangun ibunya tidak ada di rumah.

"Ibu kemana dek?" tanya Rea pada kedua adiknya.

"Ke rumah sakit. Jenguk tetangga yang sakit," jawab Bayu.

"Kok kakak nggak tau ya? Kapan berangkatnya?" tanya Rea lagi.

"Waktu kakak tidur siang tadi," jawab Vera.

"Oh.. Udah maghrib tapi kok belum pulang ya?" gumam Rea.

Tak lama, ada tetangga Rea datang.

"Rea, tadi ibu kamu nelpon dan pesen buat ambilin baju ganti. Nanti, teteh kan mau jenguk sekalian bajunya di titipin teteh," ucap Teh Indah saat masuk ke rumah Rea.

"Loh? Jadi, ibu nginep di rumah sakit ya teteh?" tanya Rea terkejut.

"Iya atuh neng Rea. Ibunya tadi bilang kayak begitu," jawab teteh Indah,"Ya udah ya. Teteh mau siap-siap dulu. Ntar kalo bajunya udah di bungkusin rapi anter aja ke rumah teteh!" lanjut teteh Indah dan bergegas pulang ke rumahnya.

"Yah.. Nggak jadi silaturahmi lagi ke rumah ustadzah dong kalo ibu nginep di rumah sakit," gumam Rea dan segera membungkus baju ganti milik ibunya.

Rea mengantarkan baju itu ke rumah teteh Indah.

"Teh, ini baju gantinya ibu," ucap Rea saat berada di rumah Teteh Indah.

"Oh iya. Siniin," jawab teteh Indah dan menerima bungkusan yang di berikan Rea.

"Ya udah teh. Rea pulang dulu. Makasih ya Teh!" ucap Rea dan bergegas pulang.

Sebenarnya hati Rea sangat berkecamuk saat mengetahui ibunya akan menginap di rumah sakit. Padahal, Rea sudah beberapa kali meminta ibunya untuk ikut silaturahmi ke rumah ustadzahnya.

"Giliran urusan orang lain aja mau!" gerutu Rea dan memasuki kamarnya.

Tak berapa lama, suara deru sepeda motor mendekat ke arah rumahnya dan suara motor itu berhenti. Rea melonjak dari kasurnya dan melihat siapa yang datang. Ternyata ibunya.

"Katanya nginep di rumah sakit?" tanya Rea pada ibunya yang baru turun dari sepeda motor.

"Nggak jadi. Tadi, anaknya si Nino datang," jawab Ibu Rea dan meletakkan tasnya.

Rea melihat ke arah jam yang masih menunjukkan pukul 6.40 malam. Rea berpikir bahwa ibunya pasti mau jika ia meminta untuk silaturahmi ke rumah ustadzah.

"Ya udah kalo gitu kita ke rumah ustdzah aja sekarang," usul Rea di sertai senyuman.

"Kan udah ibu bilang sama adek kamu aja. Ibu sekarang capek. Besok harus balik lagi ke rumah sakit jam setengah tujuh buat gantiin Nino jagain ibunya," jelas ibunya membuat hati Rea semakin sakit.

"Kok ibu gitu sih? Giliran Rea aja minta ibu temenin silaturahmi ke ustadzah ibu nggak mau. Lah sekarang di suruh buat jagain ibunya orang lain sakit aja mau," ucap Rea dengan nada kesalnya.

"Ya kan kamu bisa sama adek kamu. Ibu kan jagain orang sakit Rea!" tutur ibunya lagi.

"Rea nggak mau tau!" ucap Rea kesal.

Rea bergegas menuju kamarnya. Rea sangat kesal dengan ibunya. Rea seperti merasa tak di anggap oleh ibunya.

Rea menangis terisak di kamarnya. Ia hanya mau dengan ibunya tapi, ibunya tidak mau dan lebih mengedepankan orang lain. Rea kecewa dengan sikap ibunya.

Rea terus terisak dan akhirnya ia terlelap.

Pagi hari...
Ibu Rea membangunkan Rea. Kemudian, Rea bangun dan mengambil air wudlu untuk melaksanakan sholat shubuh. Rea sudah melupakan kekesalannya pada ibunya meski hatinya masih terluka.

Rea juga menyadari bahwa ibanya sedang capek karena baru saja jagain orang sakit.

Setelah menunaikan kewajiban sholat shubuh, Rea berjalan menuju dapur dan berniat akan membantu ibunya.

"Ibu jadi ke rumah sakit?" tanya Rea.

"Nggak jadi. Nanti ibu masak buat wetonnya tetangga kita yang sakit," jawab ibu Rea.

"Lah, nggak jadi ke rumahnya ustadzah dong?" tanya Rea mulai jutek.

"Udah, sama adek kamu aja Rea. Ibu sibuk!" jawab ibunya.

"Rea bingung deh sama ibu. Seharusnya ibu itu mau nemenin Rea silaturahmi ke rumah ustadzah. Sekarang ibu harus sibuk karena tetangga yang sakit," jelas Rea kesal.

"Ya silaturahmi kan bisa sama adek kamu Rea!" jawab ibunya bersikeras.

"Kan lebih pantesnya sama ibu. Ibu nggak pernah ngepentingin anak. Ibu selalu aja ngepentingin orang lain!" kesal Rea pada ibunya.

"Penting mana silaturahmi sama orang sakit?" ibu Rea malah bertanya.

"Padahal Rea udah minta ibu dari jauh-jauh hari. Tapi ibu nggak mau. Anaknya yang minta malah di keterbelakangin. Giliran orang lain yang minta aja di keterdepanin. Pentingan mana sih anak sama orang lain?" jelas Rea lagi.

"Buat apa anak bendel di pentingin?" jawab ibu Rea sedikit nada bercanda.

"Rea kecewa tau nggak sama ibu. Ibu nggak pernah ngepentingin urusan anak ibu. Ibu lebih milih orang lain ketimbang anak. Rea bener-bener kecewa sama ibu!" jelas Rea kesal dan kini Rea tak kuat lagi membendung air matanya.

"Ya kan orang sakit harus di pentingin Rea. Besok aja silaturahmi ke rumah ustadzah kalo urusan ibu udah kelar!" jelas ibunya.

"Besok-besok mulu. Padahal udah berapa hari Rea minta? Hati Rea sakit bu kalo ibu nggak ngepeduliin Rea!" jelas Rea berkaca-kaca.

Rea berlari menuju kamarnya dan mengurungkan niat untuk membantu ibunya. Entah, apa yang dirasakan Rea. Yang pastinya hati Rea sakit. Hanya satu kata di benak Rea. Kecewa. Ya, Rea kecewa dengan ibunya.

Rea bersiap-siap akan pergi ke rumah ustadzahnya. Ia sudah berniat ke rumah ustadzahnya sendirian. Ya, meskipun berharap ibu bersamanya. Rea berfikir itu tidak mungkin terjadi.

Saat Rea melajukan motornya, Sebuah mobil hitam menabraknya dan Rea terluka parah. Rea segera di larikan ke rumah sakit untuk perawatan.

Disisi lain, ibu Rea baru mengetahui kabar kecelakaan Rea saat seseorang tetangganya memberitahu. Ibu Rea barhambur meninggalkan pekerjaannya dan bergegas menuju rumah sakit dengan suaminya.

Namun, saat ibu Rea sudah berada di rumah sakit, ia harus melihat putrinya dalam keadaan tak bernyawa.

Ibu Rea sangat menyesal. Iamenyalahkan dirinya sendiri.
Andai, ia mau menemani putrinya saat putrinya meminta agar ia menemani silaturahmi ke rumah ustadzah.
Andai, ia lebih mementingkan urusan putrinya daripada orang lain
Andai, ia tahu bahwa putrinya akan seperti ini
Ia menyesal. Ia menangis tersedu-sedu di dekat jenazah putrinya.

--oOo-- Tamat --oOo--

Kamis, 22 Juni 2017

Puisi » Hari Bahagiamu | Nadya Talitah Rokhma

Hari Bahagiamu
Oleh : Nadya T.R

Hari yang bahagia untukmu
Hari dimana kau dilahirkan ke dunia ini
Hanya doa yang kupanjatkan
Pada Yang Maha Kuasa
Agar kau bahagia

Meskipun aku bukan yang berharga bagimu
Tapi doaku selalu untukmu
Menemani disetiap langkahmu
Menemani disetiap tujuanmu

Aku bukan seorang yang puitis tukmerangkai kata
Tapi satu ucapan bermakna untukmu
Selamat Ulang Tahun
Hanya itu yang dapat kuucapkan

Semoga kau lebih bahagia sekarang
Dengan kedewasaanmu yang semakin bertambah
Di umurmu yang sekarang
Kau kan tahu betapa beratnya dunia
Dan, melangkahlah dengan tujuanmu
Buat hari ini dan esok kan bermakna

Puisi » Kepada Venus | Nadya Talitah Rokhma

Kepada Venus
    Oleh : Nadya Talitah Rokhma

Kepada Venus
Yang selalu kupandang kala malam dan pagi hari
Menemani setiap sepiku
Menemani setiap langkah rapuhku

Kepada Venus
Yang selalu bersinar terang dari ribuan bintang yang lainnya
Penenang jiwa
Pengobat rindu
Samarkan hati yang terlunta-lunta

Kepada Venus
Yang berbeda dari yang lainnya
Yang mampu menyelipkan tawa
Yang mampu mengubah rasa
Yang mampu mengalihkan perhatian

Kepada Venus
Yang terlihat indah
Namun, aku tak bisa tinggal
Ingin kusentuh namun tak tercapai
Hanya dapat kupandang dengan hati berdebar

Kepada Venus
Kuterbangkan pesawat kertasku
Berharap dapat menyentuhmu
Berharap Venus membaca apa yang kutuliskan
Keluh kesahku
Langkah keraguanku
Dan, semua tentang hidupku

Puisi » Surat Kecil untuk Tuhan | Nadya Talitah Rokhma

Surat Kecil untuk Tuhan
Oleh:  N Titia Alie(Nadya T.R)

Aku takkan berhenti berjuang
Jalan hidupku masih panjang
Aku takkan lelah
Walau akan banyak cobaan yang akan datang
Yakinkan aku untuk bertahan, Tuhan

Aku hidup dalam sepiku
Aku hidup dengan ketidakmampuanku
Namun, aku merasa tak ada beban
Aku masih dapat tersenyum
Walau tubuh ini kadang terasa sakit
Beri aku jalan yang indah, Tuhan

Bagiku air mata adalah halangan
Bagiku suara tangis adalah keputus asaan
Aku tak begitu kan?
Walau terkadang aku merasa tak sanggup
Hingga aku jatuh tersungkur
Bantulah aku berdiri lagi, Tuhan

Tinta hitamku telah menggores begitu banyak kata hatiku
Disebuah surat kecil untuk Tuhan
Kan kusimpan dia
Dan akan aku berikan pada Tuhan saat aku menghadap Nya

Apakah hanya aku yang seperti ini?
Ataukah, masih ada banyak lagi diluar sana?
Entah, aku tak tau
Jaga mereka Tuhan, seperti kau menjagaku
Beri mereka kesabaran
Tuhan, Aku yakin telah hidup dengan baik

Puisi » Desaku | Nadya Talitah Rokhma

Desaku
       Oleh :Nadya Talitah Rokhma

Kutelusuri jalan setapak ini
Kunikmati keindahan alam sekitar
Sejuk semerbak harum bunga melati
Tumbuh berjejer rapi di pekarangan
Banyak kumbang dan kupu
Membuat desaku semakin indah

Kulihat air sungai mengalir jernih
Tanpa ada kotoran yang ikut terbawa arus air
Ikan itu berenang dengan senang
Diikuti dengan suara burung berkicau diatas pepohonan

Desaku
Desa kecil nan asri
Desa kecil penuh arti
Disinilah aku lahir
Disinilah aku tumbuh

Desaku
Kaulah permata indah duniaku
Kan kuwariskan pada anak dan cucuku
Desaku
Kan kujaga engkau selalu
Kan kurawat agar indah selalu
Sampai nanti
Sisa akhir hayatku

Puisi » Guruku | Nadya Talitah Rokhma

GURUKU
      oleh Nadya Talitah Rokhma

Panas dan hujan kau selalu ada dalam setiap pertemuanmu
Kau ajarkan aku apa yang tak aku ketahui
Kau berikan aku pengetahuan untuk masa depan

Guruku
Engkau mengabdi tanpa pamrih
Engkau bagaikan cahaya didalam kegelapan
Engkau adalah tetes air di dalam kekeringan

Terima kasihku untukmu
Takkan bisa membalas semua jasamu
Karena begitu besar pengorbananmu
Mendidikku hingga aku bisa mencapai cita-citaku

Puisi » Asmara | Nadya Talitah Rokhma

Asmara
   Oleh: N Titia Alie(Nadya T.R)

Disaat hati ini tak mampu lagi
Menahan rasa bimbang
Aku jatuh cinta
Berdegup kencang seakan aku telah berlari
Beberapa puluh kilometer jauhnya

Lihat senyumku yang selalu terukir jelas
Lihat mataku yang selalu berbinar membulat
Lihat pipiku yang selalu merona semburat merah muda
Lihat tanganku yang selalu gemetar tak sengaja
Lihat tingkahku yang selalu konyol disetiap harinya

Setiap hari makin menjadi
Asmara datang padaku
Membakar hati dan jiwaku
Hingga terasa seperti air mendidih
Panas menguap lewat sela-sela pori

Sabtu, 27 Mei 2017

Cerita Wattpad

Saya pikir Anda akan menyukai cerita ini: " COMING OVER! oleh NTitiaAlie di Wattpad https://www.wattpad.com/story/109734824?utm_content=share_reading&utm_medium=com.google.android.apps.blogger&utm_source=android .

Jumat, 19 Mei 2017

Paspeo

Sahabatku Paspeo

Dalam sepi engkau datang meramaikan
Dalam ragu engkau datang meyakinkan
Dalam gundah engkau datang menegarkan
Selalu ada untukku dan yang lainnya
Relawan sekolah tanpa tanda jasa

Hadirmu membuat hidupku terasa lengkap
Banyak hal yang telah kulalui
Banyak hal yang telah kupelajari
Berbagai pengalaman dan juga harapan
Serentak bersama memikul beban
Percaya akan indahnya kebersamaan

Awal kita saling tak mengenal bukan?
Tapi kita begitu cepat berbaur
Dan menyatukan segala perbedaan
Saling melengkapi dan mengisi
Kita berjuang untuk masa depan

Sahabatku Paspeo
Ingatlah selalu semua kenangan tentang kita
Walau jarak dan waktu telah memisahkan kita
Karena, kutahu
Kita takkan selamanya dapat bersama
Kau, kau dan engkau
Akan jauh dariku untuk mengejar sebuah impian

Kemanapun langkahmu
Do'a dan harapanku kan selalu menyertaimu
Perpisahan bukanlah akhir dari segalanya
Perpisahan adalah awal untuk kita percaya akan arti sebuah sahabat

Sahabatku Paspeo
Kuberikan semua kata yang tak begitu indah
Sebagai permintaan maaf dan juga kenangan
Walau hanya rangkaian bait-bait puisi
Percayalah, semua itu timbul dari hatiku terdalam

Jumat, 31 Maret 2017

Puisi Aku Ingin Hatimu | Oleh Nadya Talitah Rokhma - 01 April 2017

Aku Ingin Hatimu
         Oleh : N Titia Alie (Nadya T.R)

Lihatlah disana!
Ya, diatas sana
Rembulan bersinar dengan terang
Ribuan bintang sedang berkelipan
Tanpa peduli aku sedang dirundung malang

Tak melihatkah engkau?
Betapa diriku menderita karena mencintaimu?
Tak melihatkah engkau?
Air mataku menetes setiap hal pilu mengenai dirimu?
Tak melihatkah engkau?
Aku terlunta-lunta karena aku tak sanggup menjauh?

Saat kurasakan semuanya akan membaik
Aku berusaha untuk tetap bertahan
Tapi, hatimu takkan terketuk untuk merasa peduli
Bahkan, untuk menatapku saja kau tak berminat
Benarkah aku?

Aku memang tak sempurna
Aku hanya manusia biasa
Aku tak cantik, pintar apalagi kaya
Diriku hanya manusia bodoh
Bodoh membiarkan rasa ini tumbuh
Dan akhirnya layu tak berarti

Ku mohon, ku mohon
Tatap aku sekali saja, agar aku merasa lebih baik
Senyum padaku sekali saja, agar aku tenang
Berbicaralah, aku akan setia mendengarkan

Aku ingin hatimu untukku
Takkan kusia-siakan, sayang
Akan kujaga selalu rasaku
Sampai ajal menjemputku

Kamis, 30 Maret 2017

Puisi Hari Bahagiamu

Hari Bahagiamu
Oleh : Nadya T.R

Hari yang bahagia untukmu
Hari dimana kau dilahirkan ke dunia ini
Hanya doa yang kupanjatkan
Pada Yang Maha Kuasa
Agar kau bahagia

Meskipun aku bukan yang berharga bagimu
Tapi doaku selalu untukmu
Menemani disetiap langkahmu
Menemani disetiap tujuanmu

Aku bukan seorang yang puitis tukmerangkai kata
Tapi satu ucapan bermakna untukmu
Selamat Ulang Tahun
Hanya itu yang dapat kuucapkan

Semoga kau lebih bahagia sekarang
Dengan kedewasaanmu yang semakin bertambah
Di umurmu yang sekarang
Kau kan tahu betapa beratnya dunia
Dan, melangkahlah dengan tujuanmu
Buat hari ini dan esok kan bermakna

Puisi Desaku

Desaku
       Oleh :Nadya Talitah Rokhma

Kutelusuri jalan setapak ini
Kunikmati keindahan alam sekitar
Sejuk semerbak harum bunga melati
Tumbuh berjejer rapi di pekarangan
Banyak kumbang dan kupu
Membuat desaku semakin indah

Kulihat air sungai mengalir jernih
Tanpa ada kotoran yang ikut terbawa arus air
Ikan itu berenang dengan senang
Diikuti dengan suara burung berkicau diatas pepohonan

Desaku
Desa kecil nan asri
Desa kecil penuh arti
Disinilah aku lahir
Disinilah aku tumbuh

Desaku
Kaulah permata indah duniaku
Kan kuwariskan pada anak dan cucuku
Desaku
Kan kujaga engkau selalu
Kan kurawat agar indah selalu
Sampai nanti
Sisa akhir hayatku

Puisi Guruku oleh Nadya T.R

GURUKU
      oleh Nadya Talitah Rokhma

Panas dan hujan kau selalu ada dalam setiap pertemuanmu
Kau ajarkan aku apa yang tak aku ketahui
Kau berikan aku pengetahuan untuk masa depan

Guruku
Engkau mengabdi tanpa pamrih
Engkau bagaikan cahaya didalam kegelapan
Engkau adalah tetes air di dalam kekeringan

Terima kasihku untukmu
Takkan bisa membalas semua jasamu
Karena begitu besar pengorbananmu
Mendidikku hingga aku bisa mencapai cita-citaku

Puisi Surat Kecil untuk Tuhan

Surat Kecil untuk Tuhan
Oleh:  N Titia Alie(Nadya T.R)

Aku takkan berhenti berjuang
Jalan hidupku masih panjang
Aku takkan lelah
Walau akan banyak cobaan yang akan datang
Yakinkan aku untuk bertahan, Tuhan

Aku hidup dalam sepiku
Aku hidup dengan ketidakmampuanku
Namun, aku merasa tak ada beban
Aku masih dapat tersenyum
Walau tubuh ini kadang terasa sakit
Beri aku jalan yang indah, Tuhan

Bagiku air mata adalah halangan
Bagiku suara tangis adalah keputus asaan
Aku tak begitu kan?
Walau terkadang aku merasa tak sanggup
Hingga aku jatuh tersungkur
Bantulah aku berdiri lagi, Tuhan

Tinta hitamku telah menggores begitu banyak kata hatiku
Disebuah surat kecil untuk Tuhan
Kan kusimpan dia
Dan akan aku berikan pada Tuhan saat aku menghadap Nya

Apakah hanya aku yang seperti ini?
Ataukah, masih ada banyak lagi diluar sana?
Entah, aku tak tau
Jaga mereka Tuhan, seperti kau menjagaku
Beri mereka kesabaran
Tuhan, Aku yakin telah hidup dengan baik

Puisi Asmara

Asmara
   Oleh: N Titia Alie(Nadya T.R)

Disaat hati ini tak mampu lagi
Menahan rasa bimbang
Aku jatuh cinta
Berdegup kencang seakan aku telah berlari
Beberapa puluh kilometer jauhnya

Lihat senyumku yang selalu terukir jelas
Lihat mataku yang selalu berbinar membulat
Lihat pipiku yang selalu merona semburat merah muda
Lihat tanganku yang selalu gemetar tak sengaja
Lihat tingkahku yang selalu konyol disetiap harinya

Setiap hari makin menjadi
Asmara datang padaku
Membakar hati dan jiwaku
Hingga terasa seperti air mendidih
Panas menguap lewat sela-sela pori

Senin, 27 Maret 2017

Puisi » Rindu Cahaya Bulan | Nadya Talitah Rokhma

Rindu Cahaya Bulan
            Puisi oleh Nadya Talitah R (Mojokerto/19/03/2017  8:44 pm)

Kadang, hujan turun tak sesuai dengan apa yang kita inginkan...
Begitupun juga dengan hari ini...
Tak deras, namun gerimis...
Yg membuat jiwaku kini semakin lebih teriris...
Dingin merasuk disela pori-pori tubuh...
Membuat tubuh ini tak mampu lagi bergerak...

Kini hanya bisa menunggu...
Jawaban yg tak pasti...
Kapankah hujan akan reda?
Kapankah jiwa ini kembali seperti semula?
Kapankah dinginnya hawa ini berakhir?
Dan, kapan cahaya bulan akan kembali?

Aku merindukan cahaya bulan yg terang...
Sekarang tak terlihat...
Karena tertutup awan hitam...
Yang ada hanya kilatan cahaya petir...
Membuatku kian bergidik takut takut...

Hanya kau yg kurindukan...
Bulanku disetiap malam yg selalu terang...
Aku rindu bicara pada engkau sang bintang...
Yg membuatku tersenyum...
Yg membuatku tak merasa kesepian...

Puisi » Pujaan Hati | Nadya Talitah Rokhma

Pujaan Hati
      Oleh : N Titia Alie (Nadya T.R)

Gejolak rasaku ini kian menyeru
Hati ini tak seperti biasa
Detak jantungku juga berdebar labih cepat dibanding sebelumnya
Tubuhku gemetar tak karuan
Aku hilang akal

Pujaan hati
Apa yang kurasa?
Saat dekat denganmu, sungguh aku tak menduga
Mataku takkan sanggup menatap wajahmu
Mulut ini tak dapat menyapamu
Aku semakin gila

Pujaan hati
Aku telah jatuh cinta
Semakin hari semakin menjadi
Aku takkan bisa lagi memendam
Perasaanku yang terlalu lama
Aku akan katakan padamu, hai Pujaan hatiku
Aku telah terpesona olehmu
Makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna

Pujaan hati
Kini aku tertatih
Disaat engkau telah bersama kekasihmu
Kupikir engkau masih sendiri
Hatiku semakin teriris
Disaat engkau selalu dekat dengan kekasihmu
Gilaku semakin menjadi

Pujaan hati
Wahai pujaan hatiku
Dengarkan suara tangisku
Dengarkan satu permintaanku
Kemarilah dan menatapku
Biarkan hatimu kumiliki sekali saja
Agar gilaku ini mereda
Agar hatiku tak lagi tertatih
Agar aku tersenyum
Walau nantinya kau kan kembali
Bersama kekasih yang engkau cintai

Pujaan hati
Akankah terus begini?
Aku mendambakanmu dalam sepi
Aku mencintaimu dalam diam
Tanpa kau ketahui?
Biar kusimpan dalam hati
Biar kucerna sekali lagi
Apakah sudah benar rasaku ini?
Sejenak aku akan mengalah

Minggu, 19 Maret 2017

Puisi » Rumahku | Lidya Cintia Bella

Hai selamat pagi :D . Ini adalah puisi milik sahabat kecil kita yang sudah saya review ulang. Atau dengan kata lain sudah saya perbaiki kata-katanya. Berikut adalah sedikit biodata miliknya.

Nama     : Lidya Cintia Bella
Kelas     : 5 (lima)
Umur     : 10 tahun

oke. itu tadi adalah biodatanya. dan sekarang kita menuju ke hasil karyanya. :)

Rumahku
       Oleh : Lidya Cintia Bella

Tempat berlindungku
Dari panasnya matahari
Oleh dinginnya hujan
Dan semua mara bahaya

Rumah mungil
Tetapi bersih dan terawat
Selalu kujaga rumahku
Agar indah dipandang

Rumahku Istanaku
Kan kuhiasi dengan bunga-bunga
Kan kuberikan taman yang indah
Menyejukkan mata saat memandang

Puisi » Indonesiaku | Eka Dwi Susanti

Hai selamat pagi :)
Kali ini saya akan memposting puisi milik saudari kecil kita. Dan ini sedikit biodata miliknya.

Foto Eka Dwi Susanti

Nama     : Eka Dwi Susanti
Kelas     : 5 (lima)
Umur     : 11 tahun

Oke itu tadi adalah biodata miliknya. sekarang kita lanjut ke karyanya. :D

Indonesiaku
      oleh : Eka Dwi Susanti

Indonesia
Aku bangga dengan Indonesia
Aku bangga lahir di Indonesia
Aku akan selalu membela Indonesia

Indonesia adalah tanah airku
Aku telah membela Indonesia
Dan walaupun sampai nafas terakhirku
Aku akan tetap membela Indonesiaku

Thnaks sudah membaca :) . jangan lupa meninggalkan jejak anda :) . Selamat beraktifitas :D

Rabu, 15 Maret 2017

Puisi » Guruku | Nadya Talitah Rokhma

Guruku
Oleh : Nadya Talitah Rokhma

Kau ajarkan aku ilmu
Bimbingmu membuatku selangkah lebih maju
Hardikmu berikanku semangat tuk mengemban ilmu
Kasihmu luluhkan jiwaku
Sabarmu takkan terbatas oleh waktu

Guruku
Engkaulah pelitaku
Pelita dalam kegelapan
Penerang hati dan pikiran
Menunjukkanku arah jalan yang benar

Guruku
Hormatku padamu selalu
Takkan pernah kulupa semua jasa-jasamu
Dariku yang tak tahu apa-apa
Hingga aku jadi mengetahui segalanya

Guruku
Tanpamu aku bukanlah siapa-siapa
Tak bisa ku balas budi jasamu
Terima kasih, oh guruku
Jasamu kan ku kenang selalu
Hingga akhir hayat hidupku

Puisi » Sakit | Nadya Talitah Rokhma

Sakit
Oleh : Nadya Talitah Rokhma

Terusik lemah jiwaku
Hatiku seakan menangis terisak
Tak mampu kutatap dunia
Tak mampu kuberucap sepatah kata
Aku bimbang terlalu dalam
Seperti air yang putih ternoda

Kamu tak tahu betapa diriku sakit
Tangisku terisak dalam
Aku teteskan air mataku untukmu
Tapi kamu meragu atas ketulusanku

Aku memang bukan seseorang yang sempurna
Aku lemah penuh kekurangan
Asal kamu tahu
Aku punya hati yang suci
Sesuci ketulusan hatiku mencintaimu

Selasa, 14 Maret 2017

Puisi » Sepiku | Nadya Talitah Rokhma

Sepiku
Oleh : Nadya Talitah Rokhma

Dikala kulihat sang senja
Diarah Barat kulihat pula burung kembali kesarang
Matahari itu perlahan mulai lenyap
Digantikan oleh Rembulan
Dan ditemani oleh ribuan bintang

Aku berlari dan terus berlari
Tanpa peduli panggilan menyebut namaku dari arah belakang
Hingga hilang suara-suara bising itu
Kembali kutemukan sunyi
Sendiri yang mungkin lebih baik

Aku duduk bersandar dalam pelukan angin malam
Berhembus membelai dedaunan hingga bergoyang
Kugenggam batu kecil lalu kulempar
Jauh hingga tak terpandang
Kucari kedamaian hidupku lewat renungan
Mungkin ini jalan terbaik
Sendiri sepi bermunajat pada Tuhan

Senin, 13 Maret 2017

Puisi » Aku | Nadya Talitah Rokhma

Aku dan Hidupku
Oleh : Nadya Talitah Rokhma

Jika aku menangis, jangan bertanya tentang apa masalahku
Bahkan aku sendiri saja bingung dengan masalahku
Sesungguhnya aku hanya ingin menangis

Jika kamu ingin menjauhiku seperti yang lainnya maka lakukanlah
Aku tak apa
Karena aku hanya gadis biasa
Jika aku bahagia, jangan pernah bertanya apa penyebabnya
Karena bahagiaku itu tak lama

Jangan membuatku berpikir dan kehilangan kebahagiaan itu
Cukup aku dan tuhan yang tahu
Jangan pernah memanggilku jika memang tak perlu
Karena aku bagai seonggok sampah yang siap untuk dibuang
Jangan pernah mengasihaniku, karena itu membuatku sangat-sangat terluka

Hidupku sudah terbebani
Jadi jangan pernah menambah beban lagi dalam hidupku

Terkadang aku lupa siapa diriku
Kadang, hatiku luluh seperti besi yang dipanaskan
Kadang juga, hatiku mengeras bagai batu
Hidup tak selamanya indah bukan?
Hidup juga tak selamanya menderita
Tapi, penderitaanku sepertinya seumur hidup
Ataukah, aku akan hidup dengan penuh penderitaan?

Aku jalang
Aku terbuang
Dan aku hidup tanpa arti
Aku hidup dengan mulut jenaka ku
Aku juga hidup dengan egoku
Tanpa keteguhan hati
Tanpa cahaya memancar
Sepat, terbias oleh yang berkilauan

Puisi » Ibu | Nadya Talitah Rokhma

IBU
Oleh : Nadya Talitah Rokhma

Cahaya rembulan bersinar tepat diatas kepalamu
Ribuan bintang berbersujud dikakimu
Suaramu luluhkan jiwaku
Belaian lembut tanganmu membuatku merasakan kasih sayangmu, Ibu

Kau mengandungku selama 9 bln
Kau merawatku dengan keikhlasan
Hingga aku berjalan lalu berlari meninggalkanmu
Do'amu selalu menyertai langkah kakiku

Ibu
Saat aku terjatuh kau selalu menegarkanku
Saat aku tertawa kau teteskan air mata kebahagian
Kau melihatku tumbuh dewasa

Apa yg dapat kubalaskan untuk pengorbananmu?
Sering kali aku membuat hatimu terluka
Takkan bisa aku membalas semua pengorbananmu, Ibu

Puisi » Gengam Tanganku | Nadya Talitah Rokhma

Genggam Tanganku
Oleh : Nadya Talitah Rokhma

Hilang rasa sesalku
Saat aku kembali bertemu
Seseorang yang buatku tersenyum
Seseorang yang buatku melangkah tanpa ragu
Hingga aku lupa akan kenangan suram masa lalu

Pedihku telah hilang
Bersama lalunya waktu
Sekarang, terukir jelas seminya rasa
Hatiku kembali rasakan degupan kencang
Tanpa batas asa dengan ribuan ambisi

Kau yang kini ada
Disampingku tuk temaniku
Meyakinkanku tuk selalu tersenyum
Kau yang kini ada
Disaat aku butuhkan sandaran
Membuatku merasa tak ada beban

Kumohon, genggam tanganku
Genggamlah erat tanpa kau lepaskan
Kumohon, genggam tanganku
Genggamlah erat agar aku tak takut
Kumohon, genggam tanganku
Tuntunlah aku kedalam lubuk hatimu

Hanya engkau kini
Pujaan hatiku dalam relung jiwaku
Bukan yang lain
Genggam tanganku, selamanya
Hingga aku menutup mata, selamanya

Minggu, 12 Maret 2017

Puisi » Aku Dan Sepi | Nadya Talitah Rokhma

Aku dan Sepi
Oleh : Nadya Talitah Rokhma


Kala kulihat cahaya bewarna orange
Disaat itu pula aku melihat kesendirianku
Matahari perlahan mulai tenggelam
Disaat itu pula aku terlarut dalam kesendirianku

Duniaku tak seindah yang kau pikirkan
Terkadang kau banyak melihat aku tertawa
Tapi kau tak pernah tau sesesak apa dadaku
Disaat aku menangis tersedu
Mata sembab kian merajuk
Namun, pada siapa aku meronta?

Aku terlahir oleh sepi
Tumbuh pun bersama sepi
Aku sendiri dalam kemlaratan

Terkadang kau menertawakanku
Terkadang kau memandangku sebelah mata
Tanpa peduli bahwa hatiku perih
Tanpa peduli bahwa jiwaku telah letih

Tak sudi kah kau berkawan dengan gadis mlarat?
Tak sudi kah kau berbaur dengan gadis mlarat?
Aku memang tak punya harta
Tak punya barang mewah
Kesetiaan dan keyakinan yang ku punya
Tapi, kenapa kau biarkan aku hidup dalam sepi?

Aku gadis malang yang duduk dibawah sinar rembulan
Melihat kedipan bintang yang seakan berisyarat
Bahwa merekalah teman sepiku
Walau kadang tak nampak
Namun, mereka tak berpindah

Aku dan sepiku
Akankah terus berlanjut?
Siapa ada yang menemani?
Jika ada, itu seperti malaikat
Temani aku

Puisi » Di Waktu Senja | Nadya Talitah Rokhma

Di Waktu Senja
Oleh : Nadya Talitah Rokhma


Aku berjalan menuju arah cahaya
Tak ada seorang pun kecuali dirimu
Duduk membelakangiku dengan kaki bersila
Batu besar menjadi sandaranmu
Menatap langit dengan sedikit awan
Berpikir jauh dengan berkhayal

Samar-samar aku melihat wajahmu
Terhalang sinar oranye milik senja
Menembus udara tak terlihat
Hingga terkena oleh tubuhmu
Kamu bercahaya
Seperti malaikat utusan Tuhan

Aku berjalan perlahan mendekatimu
Berharap aku dapat mengenalmu
Ku raih pundak kirimu, kamu menoleh
Sudut bibir itu kian bergerak keatas, kamu tersenyum
Matamu menyipit isyarat bertanya

Ku lukiskan gambaran wajahmu diatas kanvas
Guratan wajahmu membuatku takjub
Senyuman lembut menggugah hati
Pandangan matamu kian berkesan
Kamulah orangnya
Yang mampu menggetarkan jiwa
Yang mampu mengubah asa

Hanya di waktu senja itu
Sekali kita bertemu
Namun, sulit untukku melupa
Kau anugerah Tuhan yang sempurna
Akankah kita kembali saling bertatap muka?

Puisi » Aku Jalani Tuhan | Nadya Talitah Rokhma

Aku Jalani Tuhan
oleh : Nadya Talitah Rokhma

Hidup ini terasa tak berarti
Tuhan, kenapa kau ciptakan diriku seperti ini?
Aku bagaikan seonggok sampah yang bau
Aku bagaikan bunga tanpa keharuman
Aku bagai semut yang tak punyai teman

Mereka mencaciku setiap hari
Dengan sebutan-sebutan yang tak layak
Makin hari makain menjadi
Telingaku terasa terbakar
Kenapa tidak Kau tulikan saja telingaku?
Aki lelah mendengar cacian mereka

Diri ini, rasanya tidak mampu lagi
Meskipun terlihat kuat
Namun, hati ini merasa perih
Aku memang bukan yang terbaik
Aku juga bukan yang sempurana
Tapi, aku punya kasih sayang untuk mereka

Diam-diam aku selalu menangis
Menangisi semua jalan kehidupanku
Terasa sesat tak berujung
Tapi, tak ada yang memberiku isyarat arah
Mereka membenciku
Mereka membiarkanku tersesat

Tuhan, kasih sayang mereka tinggallah ucapan
Pada saat itu mereka tak memberikannya lagi padaku
Memberikan kasih sayang secara tulus
Kini hanyalah angan mengharapkan kasih sayang
Mereka juga tak mempercayaiku lagi
Aku lelah
Benar-benar lelah Tuhan

Hanya Pada-Mu lah aku mencurahkan isi hatiku
Mereka tak pernah mendengarkanku lagi
Aku sendiri kesepian
Inilah diriku yang sekarang
Tetap kujalani, tanpa peduli mereka berkata

Puisi » Kau Berbeda | Nadya Talitah Rokhma

Kau Berbeda         Oleh : Nadya Talitah Rokhma Kurangkai bait indah ini Karena ku terinspirasi dirimu Seulas senyum kian merekah di bib...